UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA
PESERTA DIDIK DENGAN PENDEKATAN
OPEN ENDED PADA MATERI MATRIKS DI KELAS X SMK NEGERI 4 KOTA TEBING TINGGI
NUR SAUMI
ABSTRAK
Masalah
rendahnya hasil belajar peserta didik terutama mata pelajaran Matematika
merupakan masalah umum yang sering dialami oleh peserta didik. Hal ini
disebabkan masih banyaknya anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang
sulit dan membosankan, sehingga peserta didik tidak tertarik untuk
mempelajarinya. Peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik dengan menerapkan metode yang dapat mengajak peserta didik untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan dapat memilih metode penyelesaian masalah yang
mereka anggap mudah dan dipahami. Untuk mencapai
tujuan peneliti maka peneliti memilih proses pembelajaran yang dapat mengajak
peserta didik untuk aktif, kreatif dan inovatif. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang cocok untuk masalah tersebut adalah pendekatan pembelajaran
Open Ended. Dengan pendekatan pembelajaran ini, peserta didik diberikan
kesempatan untuk belajar aktif dan memilih sendiri metode penyelesaian masalah. Penelitian
ini dilaksanakan di kelas X TKJ 4 SMK Negeri 4 Kota Tebing Tinggi, sebanyak 3
siklus. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan dan hasil
belajar matematika peserta didik pada materi Matriks di kelas X TKJ 4 SMK
Negeri 4 Kota Tebing Tinggi. Strategi dalam penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dalam tiga siklus dan pada setiap siklus meliputi kegiatan
perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi
(reflection). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil
belajar. Setelah selesainya penelitian ini terbukti dari data menunjukkan bahwa
hasil belajar matematika peserta didik pada materi Matriks di kelas X TKJ 4 SMK
Negeri 4 Kota Tebing Tinggi meningkat, dan ini membuktikan bahwa penguasaan
terhadap pelajaran matematika juga meningkat.
Kata kunci : Hasil Belajar, Open Ended
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan
pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan matematika diskrit Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa
depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. (Kemendiknas, 2009
: 1 ).
Sampai
saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan,
bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selain mempunyai sifat
yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena
untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep
sebelumnya.
Dalam
proses belajar mengajar pendidik mempunyai tugas untuk memilih model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya
tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat
keterkaitan yang erat antara pendidik, peserta didik, kurikulum, sarana dan
prasarana. Pendidik mempunyai tugas untuk memilih pendekatan,model dan metode
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya
tujuan pendidikan.
Masalah
lain yaitu rendahnya kualitas buku paket karena banyak ditulis tanpa melibatkan
orang pendidikan matematika atau pendidik matematika, buruknya sistem evaluasi
yang hanya mengejar solusi namun mengabaikan proses pembuatannya serta kurang
tertatanya kurikulum matematika. Selain itu proses pembelajaran matematika di
sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik, yakni seorang
pendidik secara aktif mengajarkan matematika kemudian memberikan contoh dan latihan,
di sisi lain peserta didik berfungsi seperti mesin, mereka mendengar, mencatat,
dan mengerjakan latihan yang diberikan pendidik.
Jika ditinjau dari cara belajar yang
dilakukan peserta didik, diketahui bahwa mereka kurang termotivasi untuk
belajar. Saat pendidik menerangkan pelajaran, sebagian besar peserta didik
tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Mereka hanya mencatat, meskipun
tidak memahami apa yang mereka catat. Tugas-tugas yang diberikan tidak
dikerjakan atau tidak sempurna diselesaikan dengan alasan tidak mengerti,
karena soalnya tidak sama dengan contoh soal yang diberikan pendidik. Apabila
peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, maka hanya 1 atau 2
orang saja peserta didik yang berani bertanya . Peserta didik merasa malu dan
takut bertanya kepada pendidik. Begitu juga untuk aktivitas menanggapi
pertanyaan yang diajukan pendidik, peserta didik tidak mau mengacungkan tangan
sebagai tanda ingin menjawab walaupun ada di antara mereka yang tahu dengan
jawaban pertanyaan yang diajukan.
Pemecahan masalah yang direncanakan
adalah melalui penerapan penelitian tindakan kelas. Untuk itu penulis mencoba
menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan seluruh
peserta didik dengan memanfaatkan teman sebaya yang lebih pandai dalam
pembelajaran serta memberikan peluang bagi
setiap peserta didik untuk aktif dalam penyelesaian suatu permasalahan.
Sehingga setiap peserta didik selalu berupaya mempersiapkan diri masing-masing
untuk memahami materi yang diajarkan dengan aktif menyelesaikan soal dan
bertanya pada pendidik maupun temannya sendiri.
Mengingat
masalah di atas jika tidak diselesaikan akan berakibat munculnya
masalah-masalah yang baru seperti peserta didik akan semakin kesulitan menerima
materi pada kelas berikutnya, peluang tidak lulus setelah ujian dan peserta
didik semakin kurang memaknai dan menyenangi pelajaran matematika, maka penulis
berusaha mencari ide atau gagasan tentang bagaimana cara yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik.
Tujuan dari penelitian ini
adalah :
1.
Mengetahui tingkat penguasaan
peserta didik terhadap konsep Matriks yang dipelajari peserta didik kelas X TKJ
4 di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi
2.
Meningkatkan hasil belajar
matematika peserta didik kelas X TKJ 4 di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi.
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil
penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :
1.
Bagi peserta didik diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman peserta didik
terhadap pelajaran matematika serta meningkatkan
hasil belajar peserta didik terutama pelajaran matematika
2.
Bagi pendidik diharapkan dapat model dan metode pembelajaran yang variatif untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terutama dalam materi matriks
KAJIAN TEORI DAN METODE
Hakikat
Belajar
Gredler yang dikutip oleh Tengku
Zahara Djaafar (2001:82) menyatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan
dan sikap. Menurut J. Bruner dalam Hidayat
(2004:8) bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia
untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Sehingga dengan belajar manusia dapat terus menemukan sesuatu yang baru yang
berguna bagi kehidupan manusia.
Menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan. Hal
ini sejalan dengan pengertian belajar menurut Sudjana (2005:22) yang menyatakan
belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan
tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Menurut
Degeng dalam Muliyardi (2002:2), ada beberapa karakteristik belajar,
diantaranya :
a.
Belajar adalah suatu aktivitas yang
menghasilkan perubahan diri individu yang belajar
b.
Perubahan tersebut berupa kemampuan
baru dalam memberikan respon terhadap stimulus
c.
Perubahan terjadi secara permanen,
maksudnya perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, tetapi dapat bertahan
dan berfungsi dalam kurun waktu yang relatif lama
d.
Perubahan tersebut bukan karena
proses pertumbuhan atau kematangan fisik, melainkan karena usaha sadar. Artinya
perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha individu.
Belajar
merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan dengan sengaja. Kegiatan
tersebut akan menghasilkan perubahan yang permanen atau tetap. Melalui proses
belajar, peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan, memiliki
ketrampilan dan kecakapan hidup.
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
ialah proses yang diselenggarakan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta
didik dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (Dimiyati dan Mudjiono, 2002:157). Pembelajaran
merupakan suatu upaya menciptakan kondisi peserta didik untuk belajar. Degeng
yang dikutip oleh Muliyardi (2002:3) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik.
Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana upaya pendidik untuk mendorong
atau memfasilitasi peserta didik belajar, bukan pada apa yang dipelajari.
Dalam
Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 tahun 2003 dikemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006:297) pembelajaran adalah kegiatan pendidik
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat peserta didik
belajar aktif yang menekankan pada sumber belajar.
Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari peserta didik mulai
dari tingkat dasar sampai perpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena
matematika merupakan pelajaran dasar bagi pelajaran lainnya. Secara etimologis
perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang aktivitas dalam dunia
penalaran, sedangkan ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen
di samping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Ruseffendi ET, 1980:148).
Ciri
utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun
demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering diawali secara induktif
melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan
untuk mempelajari konsep matematika. Selama mempelajari matematika di kelas,
aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun
induktif sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan
belajar bernalar (Depdiknas, 2003:5-6).
Sementara
itu menurut teori belajar Gagne yang dikutip oleh Erman Suherman (2003:33) bahwa dalam
pembelajaran matematika ada dua objek yang diperoleh peserta didik yaitu objek
langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan
menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri dan tahu bagaimana
semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, ketrampilan, konsep
dan aturan.
Berdasarkan
teori di atas, pada saat belajar matematika peserta didik akan menemukan
berbagai fakta, ketrampilan, konsep dan aturan tertentu. Untuk dapat
berinteraksi dengan keadaan tersebut, peserta didik harus mempunyai kemampuan menyelidiki,
memecahkan masalah, belajar mandiri dan tahu bagaimana cara belajar yang tepat.
Disinilah peran pendidik sebagai fasilitator dan motivator dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide mereka.
Pendidik dituntut untuk bisa menemukan dan menggunakan metode pembelajaran yang
tepat yang menarik dan bermakna agar peserta didik termotivasi untuk lebih
aktif, berperan, kerja sama, dan percaya diri dalam pembelajaran matematika
Pembelajaran
Dengan Pendekatan Open Ended
Pengertian
Pendekatan Open Ended
Shimada (dalam Tim MKPBM, 2001:113)
menyatakan bahwa: pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki lebih dari satu jawaban atau metode
penyelesaian. Pendekatan ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah
dengan beberapa cara berbeda.
Pembelajaran
dengan pendekatan open ended
diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada peserta didik. Kegiatan
pembelajaran harus mengarah dan membawa peserta didik dalam menjawab masalah
dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar),
sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman peserta didik dalam
proses menemukan sesuatu yang baru.
Menurut
Suherman, dkk (2003:123) problem yang diformulasikan memiliki multi jawaban
yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka.
Peserta didik yang dihadapkan dengan Open-Ended
problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi
lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban dengan berbagai
metode.
Nohda (dalam Tim MKPBM, 2001: 113)
menyatakan bahwa tujuan pembelajaran dengan metode open-ended adalah untuk
membantu mengembangkan kreatif dan pola pikir matematika peserta didik melalui
pemecahan masalah matematika secara simultan. Dalam pelaksanaannya peserta
didik diminta untuk memecahkan masalah dengan menggunakan strategi penyelidikan
masalah yang meyakinkan baginya.
Heddens dan Speer (dalam Mina, 2006:6)
yang menyatakan bahwa pendekatan open-ended bermanfaat untuk meningkatkan cara
berpikir peserta didik. Pendekatan open-ended merupakan salah satu pendekatan
yang membantu peserta didik melakukan pemecahan masalah secara kreatif dan
menghargai keragaman berpikir yang mungkin timbul selama proses pemecahan
masalah.
Kelebihan
Pendekatan Open Ended
Tim MKPBM dalam buku Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer menyatakan bahwa keunggulan dari pendekatan
open ended antara lain:
1.
Peserta
didik berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan
idenya.
2.
Peserta
didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan
matematika secara komprehensif.
3.
Peserta
didik dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan
cara meraka sendiri.
4.
Peserta
didik secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5.
Peserta
didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab
permasalahan.
Kekurangan
Pendekatan Open Ended
Selain keunggulan, menurut Suherman, dkk
(2003:133) terdapat pula kelemahan dari pendekatan open ended, diantaranya:
1.
Membuat dan
menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi peserta didik bukanlah
pekerjaan mudah.
2.
Mengemukakan
masalah yang langsung dapat dipahami peserta didik sangat sulit sehingga banyak
peserta didik yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang
diberikan.
3.
Peserta
didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
4.
Mungkin ada
sebagaian peserta didik yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
5.
Keterbatasan
pola pikir yang kreatif menjadi penghambat besar dalam pendekatan pembelajaran
ini.
Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan akibat dari kegiatan belajar yang diperoleh peserta didik
setelah melakukan kegiatan belajar. Dari proses kegiatan belajar terjadi
perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang merupakan hasil belajar yang
diperoleh dari proses belajar. Usman (1995:5) menyatakan bahwa seseorang yang
telah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik
aspek pengetahuannya, ketrampilannya, maupun aspek sikapnya.
Belajar adalah suatu aktifitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
maenghasilkan perubahan-perubahan dan pengetahuan, pemahaman dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat relatif, konstan dan berbekas. Hasil belajar akan
terlihat dengan adanya perubahan tingkah laku baru pada tingkat kemampuan
berpikir atau kemampuan jasmaniah. Sedangkan kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar (Herman, 1998).
Hasil belajar dapat dijadikan
sebagai ukuran atau patokan tingkat keberhasilan peserta didik dalam penguasaan
dan pemahaman suatu materi pelajaran. Tingkat pemahaman dan penguasaan peserta
didik disebut dengan ketuntasan belajar. Berdasarkan pengertian hasil
belajar di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah
hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam waktu tertentu dalam belajar
matematika yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar matematika.
Hasil
belajar yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang berupa
aspek kognitif yang dapat dilihat dari
tes hasil belajar.
Metode
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dengan mengambil lokasi di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi subjek
penelitian ini adalah peserta didik kelas X TKJ 4 SMK Negeri 4 Tebing Tinggi
yang berjumlah 34 orang dengaan rincian 18 orang laki-laki dan 16 orang
perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan dengan menerapkan model pengajaran ekspositori dan model pengajaran kooperatif serta pendekatan
Open Ended. Mata pelajaran yang diteliti adalah mata pelajaran matematika
dengan materi Matriks pada kelas X TKJ 4 di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini direncanakan terdiri dari 3 (tiga) siklus, dimana ketiga siklus tersebut
merupakan rangkaian dari proses pembelajaran, artinya pelaksanaan siklus II
merupakan kelanjutan dari siklus I dan seterusnya. Setiap siklus berlangsung
dengan waktu selama dua kali tatap muka dan terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Setelah peserta didik menjalani
setiap siklusnya dalam penelitian tindakan kelas ini, diharapkan 75% dari
peserta didik menguasai dengan baik materi Matriks dan aktif secara fisik,
kognitif, afektif dan aspek sosialnya dalam proses pembelajaran
matematika.
Hasil tes tertulis digunakan untuk
mengukur hasil belajar peserta didik. Data hasil belajar dianalisis dengan
melihat ketuntasan hasil belajar peserta didik secara individual. Berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran
2011/2012, seorang peserta didik dikatakan tuntas untuk mata pelajaran
matematika bila telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 62
(untuk kelas X). Jika data hasil tes tertulis tersebut telah memenuhi indikator
ketercapaian PTK maka penelitian tindakan kelas ini dianggap tuntas, namun jika
data hasil tes tertulis tersebut tidak memenuhi indikator ketercapaian PTK yang
telah ditetapkan maka penelitian tindakan kelas ini dianggap belum tuntas untuk
memenuhi kriteria
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan 3 siklus. Setiap siklus berlangsung selama dua kali pertemuan.
Materi yang diberikan antara lain: siklus 1: Konsep dan Macam-macam Matriks,
siklus 2: Operasi Matriks, siklus 3: Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier
dengan Menggunakan Matriks.
Hasil belajar pada penelitian
ini diperoleh setelah satu siklus berakhir melalui tes kuis dan hasil tugas
mandiri yang dikerjakan di rumah. Tugas mandiri ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan.
Tabel 4.1 Nilai
Rata-Rata Kuis Peserta Didik Dan Ketuntasan Klasikal
No
|
Siklus
|
Materi
Pembelajaran
|
Nilai
Rata-rata Kuis
|
Ketuntasan
Klasikal
|
1
|
I
|
Konsep dan Macam-macam Matriks
|
67,91
|
64,71
|
2
|
II
|
Operasi
Matriks
|
70,59
|
70,59
|
3
|
III
|
Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier dengan
Menggunakan Matriks
|
76,74
|
76,47
|
Tabel
4.2 Nilai Rata-Rata Tugas Peserta Didik
No.
|
Siklus
|
Nilai
Rata-rata Tugas
|
1
|
I
|
76,76
|
2
|
II
|
78,68
|
3
|
III
|
81,62
|
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan
Proses Kegiatan Pembelajaran
No.
|
Hal – hal yang
diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1
|
Perhatian peserta didik ketika menerima perintah
|
Baik
|
Baik
|
Baik
|
2
|
Melaksanakan tugas membahas materi
|
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
3
|
Keseriusan peserta didik
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
|
4
|
Menjadi tutor sebaya
|
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
5
|
Bekerja sama
|
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
6
|
Situasi belajar
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
|
Pembahasan
1.
Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I
Dari hasil
penelitian diperoleh data rata-rata nilai kuis yang dilampirkan dihalaman
sebelumnya. Pada siklus I yang membahas tentang materi Konsep Matriks dan
Macam-macam Matriks masih rendah yaitu 67,91. Hal ini menggambarkan bahwa
peserta didik masih banyak mendapat kendala sehingga sulit untuk memahami
konsep tersebut dan peserta didik banyak yang tidak tuntas (terlampir). Hal ini
berarti tindakan yang dilakukan oleh guru masih belum dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik yang belum berarti. Mungkin karena metode yang digunakan
pada siklus I masih kurang menarik minat peserta didik sehingga peserta didik
kurang mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.
Pengajaran
dengan menggunakan metode ekspositori, memberi kesan yang membosankan bagi
peserta didik. Semua aktivitas kelas tertumpu pada informasi dari pendidik.
Peserta didik hanya sebagai penerima informasi. Hal ini menyebabkan kemampuan
peserta didik dalam menguasai materi pelajaran tidak merata.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pendidik ketika proses pembelajaran berlangsung,
perhatian peserta didik ketika mengikuti perintah baik, melaksanakan tugas
masih kurang bersemangat, keseriusan dalam mengikuti pelajaran cukup, belum
dapat menjadi tutor sebaya, kurang dalam bekerja sama, dan situasi belajar yang
masih kurang efektif .
2.
Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II
Hasil belajar
peserta didik yang diperoleh dari tindakan pada siklus II mengalami
peningkatan. Dari tabel 4.1 dapat dilihat rata-rata kuis kedua (70,59)
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan rata-rata nilai kuis pertama
(67,91).
Dalam
pembelajaran ini informasi yang diberikan oleh guru singkat dan sepadat mungkin
sehingga keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran (diskusi
kelompok, tanya jawab antar kelompok dan penyelesaian tugas individu dalam kelompok)
lebih banyak. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, pendidik melakukan
pengarahan dan bimbingan langsung kepada setiap kelompok peserta didik.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pendidik ketika proses pembelajaran berlangsung,
perhatian peserta didik ketika mengikuti perintah baik, melaksanakan tugas
mulai mengalami peningkatan tetapi masih cukup, keseriusan dalam mengikuti
pelajaran baik, peserta didik sebagian dapat menjadi tutor sebaya, aktif dalam
bekerja sama, dan situasi belajar yang baik.
3.
Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh pada siklus III
Hasil rata-rata kuis pada siklus III
mengalami peningkatan dari dua siklus sebelumnya (76,74). Hal tersebut
menggambarkan bahwa kualitas pembelajaran bertambah baik. Hal ini diperoleh
dari penyempurnaan-penyempurnaan dari satu tindakan ke tindakan berikutnya dan
peningkatan keterampilan pendidik dalam mempersiapkan dan melaksanakan
pengajarannya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
pendidik ketika proses pembelajaran berlangsung, perhatian peserta didik ketika
mengikuti perintah baik, melaksanakan tugas dengan baik, keseriusan dalam
mengikuti pelajaran, dapat menjadi tutor sebaya, baik dalam bekerja sama,
situasi belajar yang baik dan kreativitas peserta didik dalam penyelesaian soal
mengalami peningkatan. Sehingga efektivitas pengajaran semakin baik dari setiap
tindakan ke tindakan berikutnya pada siklus yang dilaksanakan.
Hasil perubahan di setiap siklus nilai
rata-rata tes hasil belajar peserta didik, nilai rata-rata tugas peserta didik,
dan ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil
tersebut dapat diasumsikan bahwa secara keseluruhan tindakan setiap siklus
dalam penelitian ini sudah dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
Setelah dievaluasi lebih lanjut ternyata
pendidik masih melakukan penyimpangan dari rancangan tindakan (sesuai RPP).
Pada siklus I, media berupa data yang diambil dari koran jumlahnya lebih
sedikit dari jumlah peserta didik. Ada beberapa peserta didik yang tidak
mendapat bagian dan harus bergantian dengan peserta didik lain. Sehingga waktu
yang dibutuhkan kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Pada siklus II model pembelajaran yang
digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Sehingga pada saat pembentukan
kelompok, waktu yang digunakan lebih lama dari waktu yang direncanakan
sebelumnya, sehingga mempengaruhi terhadap alokasi waktu penyajian berikutnya
serta suasana kelas menjadi ribut. Hal ini menjadi catatan khusus bagi pendidik
untuk melakukan perbaikan dalam pengajaran selanjutnya.
Pada siklus III pembelajaran yang
dilakukan dengan pendekatan Open Ended. Dalam pembelajaran ini pendidik lebih
menekankan pada aktivitas peserta didik untuk kreatif dalam penyelesaian soal.
Namun sebagian besar peserta didik ragu dalam menentukan berbagai metode
penyelesaian yang digunakan. Metode yang mereka gunakan sama seperti contoh
soal yang diberikan oleh pendidik. Sehingga tujuan yang ingin dicapai pendidik
kurang maksimal, namun hasil belajarnya sudah mengalami peningkatan. Hal ini
menjadi catatan bagi pendidk untuk lebih memotivasi peserta didik.
Berdasarkan nilai tes pada siklus diatas
dilakukan perbaikan-perbaikan, antara lain cara pemilihan pendekatan, model dan
metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan waktu yang lebih
efisien untuk pembelajaran. Sedangkan untuk soal latihan/tes, tugas dan
pertanyaan-pertanyaan yang sulit bagi peserta didik perlu dijelaskan secara
rinci oleh pendidik.
Konsistensi terhadap pendekatan, model
dan metode pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rancangan tindakan harus
dipatuhi oleh peneliti, kecuali jika ada perubahan atau perbaikan setelah satu
atau dua tindakan dilakukan. Demikian juga jika situasi dan kondisi belajar
mengajar menuntut adanya perubahan maka perubahan proses pembelajaran dapat
dilakukan dalam batas-batas toleransi yang wajar dan relevan.
Peserta didik yang belum tuntas
diberikan pembelajaran remedial oleh pendidik, pendidik mendiagnosis penyebab
kegagalan peserta didik termasuk penugasan yang diberikan kepada peserta didik.
Semua data yang diperoleh pada siklus akan direfleksikan pada tindakan
berikutnya, juga untuk memperbaiki semua bagian-bagian persiapan yang dapat
menurunkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Masalah-masalah yang telah terungkap di
atas perlu diatasi pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Untuk mengatasinya
dilakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Perbaikan yang dilakukan adalah pemilihan pendekatan, model dan metode
pembelajaran yang bervariasi dan menerapkannya dalam setiap proses
pembelajaran. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan
salah satu kunci keberhasilan pembelajaran.
Hasil perbaikan-perbaikan dijadikan
dasar untuk membuat rencana tindakan pada siklus selanjutnya, sedangkan hal-hal
yang dianggap telah memadai (baik) tetap dipertahankan karena rencana tindakan
pada siklus berikutnya adalah merupakan perbaikan dan pembaharuan dari siklus
sebelumnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas
yang dilakukan sebanyak 3 (tiga) siklus
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Pembelajaran dengan pendekatan Open Ended dapat meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik kelas X TKJ 4
di SMK Negeri 4 Tebing
Tinggi pada materi Matriks
2.
Pembelajaran dengan pendekatan Open Ended dapat meningkatkan keaktivan
peserta didik dalam
pembelajaran yang meliputi aktivitas
bertanya, aktivitas berdiskusi dan menjawab soal dengan berbagai metode atau
cara.
3.
Dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran Open Ended dapat membantu peserta didik dalam memahami
konsep-konsep pembelajaran matematika
di kelas X TKJ 4 Tebing Tinggi.
4.
Dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran Open Ended dapat menopang ketuntasan belajar peserta didik dan
dapat meningkatkan ketuntasan secara klasikal.
Saran
Berdasarkan
temuan-temuan di atas disarankan agar :
1.
Rekan-rekan guru menggunakan metode dan model
pembelajaran yang bervariasi agar pembelajaran tidak membosankan.
2.
Rekan-rekan guru dapat menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan Open Ended untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.
3.
Rekan-rekan guru menyempurnakan dan melanjutkan
penelitian ini agar hasil yang didapat lebih sempurna.
4.
Bagi siswa yang terlibat dalam penelitian ini agar
tetap menanamkan sikap positif dalam pembelajaran matematika yaitu aktif,
menjalin kerjasama yang baik, menghargai pendapat orang lain dan bersemangat
dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.
(1996). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara.
Dimiyati dan
Mujiono. (2006). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Herdian. (2009). Model Pembelajaran Terbuka Open Ended.[Online].
Tersedia: http://www.nku.edu/fifthgradeproblp.htm.
[20 Januari
2012]
Hidayat.
(2004). Diktat Mata Kuliah Pembelajaran
Matematika. Semarang : FMIPA UNNES.
Hudojo,
Herman. (1998). Mengajar Belajar
Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Junaidi,
Wawan. (2010). Pembelajaran Matematika.[Online].
Tersedia: http://wawanjunaidi.blog.spot.com/2010/06/pembelajaranmatematika.html[20 Januari
2012].
Kagan, S.
(1994). Kagan Cooperatif Learning. CA
: Kagan Cooperatif Learning.
Mina, E.
(2006). Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa.
Bandung : Tesis PPS UPI.[Tidak diterbitkan].
E.T,
Ruseffendi. (1998). Dasar-Dasar
Penelitian Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sanjaya,
Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta
: Kencana.
Sudirman,
dkk. (1992). Ilmu Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosda karya.
Sudjana,
Nana. (1992). Penilaian Hasil Belajar
Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdikarya.
Suherman,
dkk. (2003). Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim MKPBM.
(2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
Tengku,
Zahara Djaafar. (2001). Kontribusi
Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang : Fakultas Ilmu
Pendidikan.
Wiriaatmadja,
Rochiati. (2008). Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdikarya.
0 komentar:
Posting Komentar