Senin, 30 Maret 2015

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PADA MATERI MATRIKS DI KELAS X SMK NEGERI 4 KOTA TEBING TINGGI





UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PESERTA DIDIK DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PADA MATERI MATRIKS DI KELAS X SMK NEGERI 4 KOTA TEBING TINGGI
                                                                       
NUR SAUMI


ABSTRAK
Masalah rendahnya hasil belajar peserta didik terutama mata pelajaran Matematika merupakan masalah umum yang sering dialami oleh peserta didik. Hal ini disebabkan masih banyaknya anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan, sehingga peserta didik tidak tertarik untuk mempelajarinya. Peneliti berupaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan metode yang dapat mengajak peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat memilih metode penyelesaian masalah yang mereka anggap mudah dan dipahami. Untuk mencapai tujuan peneliti maka peneliti memilih proses pembelajaran yang dapat mengajak peserta didik untuk aktif, kreatif dan inovatif. Salah satu pendekatan pembelajaran yang cocok untuk masalah tersebut adalah pendekatan pembelajaran Open Ended. Dengan pendekatan pembelajaran ini, peserta didik diberikan kesempatan untuk belajar aktif dan memilih sendiri metode penyelesaian masalah. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X TKJ 4 SMK Negeri 4 Kota Tebing Tinggi, sebanyak 3 siklus. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan dan hasil belajar matematika peserta didik pada materi Matriks di kelas X TKJ 4 SMK Negeri 4 Kota Tebing Tinggi. Strategi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus dan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Setelah selesainya penelitian ini terbukti dari data menunjukkan bahwa hasil belajar matematika peserta didik pada materi Matriks di kelas X TKJ 4 SMK Negeri 4 Kota Tebing Tinggi meningkat, dan ini membuktikan bahwa penguasaan terhadap pelajaran matematika juga meningkat.
Kata kunci : Hasil Belajar, Open Ended
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. (Kemendiknas, 2009 : 1 ).
Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar pendidik mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara pendidik, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana. Pendidik mempunyai tugas untuk memilih pendekatan,model dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Masalah lain yaitu rendahnya kualitas buku paket karena banyak ditulis tanpa melibatkan orang pendidikan matematika atau pendidik matematika, buruknya sistem evaluasi yang hanya mengejar solusi namun mengabaikan proses pembuatannya serta kurang tertatanya kurikulum matematika. Selain itu proses pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik, yakni seorang pendidik secara aktif mengajarkan matematika kemudian memberikan contoh dan latihan, di sisi lain peserta didik berfungsi seperti mesin, mereka mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan pendidik.
Jika ditinjau dari cara belajar yang dilakukan peserta didik, diketahui bahwa mereka kurang termotivasi untuk belajar. Saat pendidik menerangkan pelajaran, sebagian besar peserta didik tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Mereka hanya mencatat, meskipun tidak memahami apa yang mereka catat. Tugas-tugas yang diberikan tidak dikerjakan atau tidak sempurna diselesaikan dengan alasan tidak mengerti, karena soalnya tidak sama dengan contoh soal yang diberikan pendidik. Apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, maka hanya 1 atau 2 orang saja peserta didik yang berani bertanya . Peserta didik merasa malu dan takut bertanya kepada pendidik. Begitu juga untuk aktivitas menanggapi pertanyaan yang diajukan pendidik, peserta didik tidak mau mengacungkan tangan sebagai tanda ingin menjawab walaupun ada di antara mereka yang tahu dengan jawaban pertanyaan yang diajukan.
Pemecahan masalah yang direncanakan adalah melalui penerapan penelitian tindakan kelas. Untuk itu penulis mencoba menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan seluruh peserta didik dengan memanfaatkan teman sebaya yang lebih pandai dalam pembelajaran serta memberikan peluang bagi setiap peserta didik untuk aktif dalam penyelesaian suatu permasalahan. Sehingga setiap peserta didik selalu berupaya mempersiapkan diri masing-masing untuk memahami materi yang diajarkan dengan aktif menyelesaikan soal dan bertanya pada pendidik maupun temannya sendiri.
Mengingat masalah di atas jika tidak diselesaikan akan berakibat munculnya masalah-masalah yang baru seperti peserta didik akan semakin kesulitan menerima materi pada kelas berikutnya, peluang tidak lulus setelah ujian dan peserta didik semakin kurang memaknai dan menyenangi pelajaran matematika, maka penulis berusaha mencari ide atau gagasan tentang bagaimana cara yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik.

Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.         Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap konsep Matriks yang dipelajari peserta didik kelas X TKJ 4 di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi
2.         Meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas X TKJ 4 di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi.

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :
1.       Bagi peserta didik diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pelajaran matematika serta meningkatkan hasil belajar peserta didik terutama pelajaran matematika
2.       Bagi pendidik diharapkan dapat model dan metode pembelajaran yang variatif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terutama dalam materi matriks

KAJIAN TEORI DAN METODE
Hakikat Belajar
Gredler yang dikutip oleh Tengku Zahara Djaafar (2001:82) menyatakan bahwa belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan dan sikap. Menurut J. Bruner dalam Hidayat (2004:8) bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Sehingga dengan belajar manusia dapat terus menemukan sesuatu yang baru yang berguna bagi kehidupan manusia.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar menurut Sudjana (2005:22) yang menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Menurut Degeng dalam Muliyardi (2002:2), ada beberapa karakteristik belajar, diantaranya :
a.         Belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan diri individu yang belajar
b.         Perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan respon terhadap stimulus
c.          Perubahan terjadi secara permanen, maksudnya perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, tetapi dapat bertahan dan berfungsi dalam kurun waktu yang relatif lama
d.         Perubahan tersebut bukan karena proses pertumbuhan atau kematangan fisik, melainkan karena usaha sadar. Artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha individu.
Belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan dengan sengaja. Kegiatan tersebut akan menghasilkan perubahan yang permanen atau tetap. Melalui proses belajar, peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan, memiliki ketrampilan dan kecakapan hidup.

Pembelajaran Matematika
Pembelajaran ialah proses yang diselenggarakan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimiyati dan Mudjiono, 2002:157). Pembelajaran merupakan suatu upaya menciptakan kondisi peserta didik untuk belajar. Degeng yang dikutip oleh Muliyardi (2002:3) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana upaya pendidik untuk mendorong atau memfasilitasi peserta didik belajar, bukan pada apa yang dipelajari.
Dalam Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional  No.20 tahun 2003 dikemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006:297) pembelajaran adalah kegiatan pendidik secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat peserta didik belajar aktif yang menekankan pada sumber belajar.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari peserta didik mulai dari tingkat dasar sampai perpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena matematika merupakan pelajaran dasar bagi pelajaran lainnya. Secara etimologis perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang aktivitas dalam dunia penalaran, sedangkan ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Ruseffendi ET, 1980:148).
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar (Depdiknas, 2003:5-6).
Sementara itu menurut teori belajar Gagne yang dikutip oleh Erman Suherman (2003:33)  bahwa dalam pembelajaran matematika ada dua objek yang diperoleh peserta didik yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, ketrampilan, konsep dan aturan.
Berdasarkan teori di atas, pada saat belajar matematika peserta didik akan menemukan berbagai fakta, ketrampilan, konsep dan aturan tertentu. Untuk dapat berinteraksi dengan keadaan tersebut, peserta didik harus mempunyai kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, belajar mandiri dan tahu bagaimana cara belajar yang tepat. Disinilah peran pendidik sebagai fasilitator dan motivator dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide mereka. Pendidik dituntut untuk bisa menemukan dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat yang menarik dan bermakna agar peserta didik termotivasi untuk lebih aktif, berperan, kerja sama, dan  percaya diri dalam pembelajaran matematika

Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended
Pengertian Pendekatan Open Ended
Shimada (dalam Tim MKPBM, 2001:113) menyatakan bahwa: pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki lebih dari satu jawaban atau metode penyelesaian. Pendekatan ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah dengan beberapa cara berbeda.
Pembelajaran dengan pendekatan open ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa peserta didik dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman peserta didik dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Menurut Suherman, dkk (2003:123) problem yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka. Peserta didik yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban dengan berbagai metode.
Nohda (dalam Tim MKPBM, 2001: 113) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran dengan metode open-ended adalah untuk membantu mengembangkan kreatif dan pola pikir matematika peserta didik melalui pemecahan masalah matematika secara simultan. Dalam pelaksanaannya peserta didik diminta untuk memecahkan masalah dengan menggunakan strategi penyelidikan masalah yang meyakinkan baginya.
Heddens dan Speer (dalam Mina, 2006:6) yang menyatakan bahwa pendekatan open-ended bermanfaat untuk meningkatkan cara berpikir peserta didik. Pendekatan open-ended merupakan salah satu pendekatan yang membantu peserta didik melakukan pemecahan masalah secara kreatif dan menghargai keragaman berpikir yang mungkin timbul selama proses pemecahan masalah.

Kelebihan Pendekatan Open Ended
Tim MKPBM dalam buku Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer menyatakan bahwa keunggulan dari pendekatan open ended antara lain:
1.         Peserta didik berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
2.         Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan matematika secara komprehensif.
3.         Peserta didik dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara meraka sendiri.
4.         Peserta didik secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5.         Peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Kekurangan Pendekatan Open Ended
Selain keunggulan, menurut Suherman, dkk (2003:133) terdapat pula kelemahan dari pendekatan open ended, diantaranya:
1.         Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi peserta didik bukanlah pekerjaan mudah.
2.         Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami peserta didik sangat sulit sehingga banyak peserta didik yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
3.         Peserta didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
4.         Mungkin ada sebagaian peserta didik yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
5.         Keterbatasan pola pikir yang kreatif menjadi penghambat besar dalam pendekatan pembelajaran ini.


Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan akibat dari kegiatan belajar yang diperoleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. Dari proses kegiatan belajar terjadi perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang merupakan hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar. Usman (1995:5) menyatakan bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, ketrampilannya, maupun aspek sikapnya.
Belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang maenghasilkan perubahan-perubahan dan pengetahuan, pemahaman dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif, konstan dan berbekas. Hasil belajar akan terlihat dengan adanya perubahan tingkah laku baru pada tingkat kemampuan berpikir atau kemampuan jasmaniah. Sedangkan kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar (Herman, 1998).
Hasil belajar dapat dijadikan sebagai ukuran atau patokan tingkat keberhasilan peserta didik dalam penguasaan dan pemahaman suatu materi pelajaran. Tingkat pemahaman dan penguasaan peserta didik disebut dengan ketuntasan belajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam waktu tertentu dalam belajar matematika yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar matematika.
Hasil belajar yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang berupa aspek kognitif  yang dapat dilihat dari tes hasil belajar.

Metode
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X TKJ 4 SMK Negeri 4 Tebing Tinggi yang berjumlah 34 orang dengaan rincian 18 orang laki-laki dan 16 orang perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan model pengajaran ekspositori dan  model pengajaran kooperatif serta pendekatan Open Ended. Mata pelajaran yang diteliti adalah mata pelajaran matematika dengan materi Matriks pada kelas X TKJ 4 di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan terdiri dari 3 (tiga) siklus, dimana ketiga siklus tersebut merupakan rangkaian dari proses pembelajaran, artinya pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I dan seterusnya. Setiap siklus berlangsung dengan waktu selama dua kali tatap muka dan terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Setelah peserta didik menjalani setiap siklusnya dalam penelitian tindakan kelas ini, diharapkan 75% dari peserta didik menguasai dengan baik materi Matriks dan aktif secara fisik, kognitif, afektif dan aspek sosialnya dalam proses pembelajaran matematika. 
Hasil tes tertulis digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Data hasil belajar dianalisis dengan melihat ketuntasan hasil belajar peserta didik secara individual. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2011/2012, seorang peserta didik dikatakan tuntas untuk mata pelajaran matematika bila telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 62 (untuk kelas X). Jika data hasil tes tertulis tersebut telah memenuhi indikator ketercapaian PTK maka penelitian tindakan kelas ini dianggap tuntas, namun jika data hasil tes tertulis tersebut tidak memenuhi indikator ketercapaian PTK yang telah ditetapkan maka penelitian tindakan kelas ini dianggap belum tuntas untuk memenuhi kriteria


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 siklus. Setiap siklus berlangsung selama dua kali pertemuan. Materi yang diberikan antara lain: siklus 1: Konsep dan Macam-macam Matriks, siklus 2: Operasi Matriks, siklus 3: Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier dengan Menggunakan Matriks.
                Hasil belajar pada penelitian ini diperoleh setelah satu siklus berakhir melalui tes kuis dan hasil tugas mandiri yang dikerjakan di rumah. Tugas mandiri ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan. 

Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Kuis Peserta Didik Dan Ketuntasan Klasikal
No
Siklus
Materi Pembelajaran
Nilai Rata-rata Kuis
Ketuntasan Klasikal
1
I
Konsep dan Macam-macam Matriks
67,91
64,71
2
II
Operasi Matriks
70,59
70,59
3
III
Menyelesaikan Sistem Persamaan Linier dengan Menggunakan Matriks
76,74
76,47

Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Tugas Peserta Didik
No.
Siklus
Nilai Rata-rata Tugas
1
I
76,76
2
II
78,68
3
III
81,62


Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Pembelajaran
No.
Hal – hal yang diamati
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
Perhatian peserta didik ketika menerima perintah
Baik
Baik
Baik
2
Melaksanakan tugas membahas materi
Kurang
Cukup
Baik
3
Keseriusan peserta didik
Cukup
Baik
Baik
4
Menjadi tutor sebaya
Kurang
Cukup
Baik
5
Bekerja sama
Kurang
Cukup
Baik
6
Situasi belajar
Cukup
Baik
Baik

Pembahasan

1.         Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I
Dari hasil penelitian diperoleh data rata-rata nilai kuis yang dilampirkan dihalaman sebelumnya. Pada siklus I yang membahas tentang materi Konsep Matriks dan Macam-macam Matriks masih rendah yaitu 67,91. Hal ini menggambarkan bahwa peserta didik masih banyak mendapat kendala sehingga sulit untuk memahami konsep tersebut dan peserta didik banyak yang tidak tuntas (terlampir). Hal ini berarti tindakan yang dilakukan oleh guru masih belum dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik yang belum berarti. Mungkin karena metode yang digunakan pada siklus I masih kurang menarik minat peserta didik sehingga peserta didik kurang mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.
Pengajaran dengan menggunakan metode ekspositori, memberi kesan yang membosankan bagi peserta didik. Semua aktivitas kelas tertumpu pada informasi dari pendidik. Peserta didik hanya sebagai penerima informasi. Hal ini menyebabkan kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran tidak merata.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pendidik ketika proses pembelajaran berlangsung, perhatian peserta didik ketika mengikuti perintah baik, melaksanakan tugas masih kurang bersemangat, keseriusan dalam mengikuti pelajaran cukup, belum dapat menjadi tutor sebaya, kurang dalam bekerja sama, dan situasi belajar yang masih kurang efektif .

2.         Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II
Hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari tindakan pada siklus II mengalami peningkatan. Dari tabel 4.1 dapat dilihat rata-rata kuis kedua (70,59) mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan rata-rata nilai kuis pertama (67,91).
Dalam pembelajaran ini informasi yang diberikan oleh guru singkat dan sepadat mungkin sehingga keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran (diskusi kelompok, tanya jawab antar kelompok dan penyelesaian tugas individu dalam kelompok) lebih banyak. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, pendidik melakukan pengarahan dan bimbingan langsung kepada setiap kelompok peserta didik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pendidik ketika proses pembelajaran berlangsung, perhatian peserta didik ketika mengikuti perintah baik, melaksanakan tugas mulai mengalami peningkatan tetapi masih cukup, keseriusan dalam mengikuti pelajaran baik, peserta didik sebagian dapat menjadi tutor sebaya, aktif dalam bekerja sama, dan situasi belajar yang baik.

3.         Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus III
Hasil rata-rata kuis pada siklus III mengalami peningkatan dari dua siklus sebelumnya (76,74). Hal tersebut menggambarkan bahwa kualitas pembelajaran bertambah baik. Hal ini diperoleh dari penyempurnaan-penyempurnaan dari satu tindakan ke tindakan berikutnya dan peningkatan keterampilan pendidik dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengajarannya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pendidik ketika proses pembelajaran berlangsung, perhatian peserta didik ketika mengikuti perintah baik, melaksanakan tugas dengan baik, keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dapat menjadi tutor sebaya, baik dalam bekerja sama, situasi belajar yang baik dan kreativitas peserta didik dalam penyelesaian soal mengalami peningkatan. Sehingga efektivitas pengajaran semakin baik dari setiap tindakan ke tindakan berikutnya pada siklus yang dilaksanakan.
Hasil perubahan di setiap siklus nilai rata-rata tes hasil belajar peserta didik, nilai rata-rata tugas peserta didik, dan ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa secara keseluruhan tindakan setiap siklus dalam penelitian ini sudah dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Setelah dievaluasi lebih lanjut ternyata pendidik masih melakukan penyimpangan dari rancangan tindakan (sesuai RPP). Pada siklus I, media berupa data yang diambil dari koran jumlahnya lebih sedikit dari jumlah peserta didik. Ada beberapa peserta didik yang tidak mendapat bagian dan harus bergantian dengan peserta didik lain. Sehingga waktu yang dibutuhkan kegiatan pembelajaran tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Pada siklus II model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Sehingga pada saat pembentukan kelompok, waktu yang digunakan lebih lama dari waktu yang direncanakan sebelumnya, sehingga mempengaruhi terhadap alokasi waktu penyajian berikutnya serta suasana kelas menjadi ribut. Hal ini menjadi catatan khusus bagi pendidik untuk melakukan perbaikan dalam pengajaran selanjutnya.
Pada siklus III pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan Open Ended. Dalam pembelajaran ini pendidik lebih menekankan pada aktivitas peserta didik untuk kreatif dalam penyelesaian soal. Namun sebagian besar peserta didik ragu dalam menentukan berbagai metode penyelesaian yang digunakan. Metode yang mereka gunakan sama seperti contoh soal yang diberikan oleh pendidik. Sehingga tujuan yang ingin dicapai pendidik kurang maksimal, namun hasil belajarnya sudah mengalami peningkatan. Hal ini menjadi catatan bagi pendidk untuk lebih memotivasi peserta didik.
Berdasarkan nilai tes pada siklus diatas dilakukan perbaikan-perbaikan, antara lain cara pemilihan pendekatan, model dan metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan waktu yang lebih efisien untuk pembelajaran. Sedangkan untuk soal latihan/tes, tugas dan pertanyaan-pertanyaan yang sulit bagi peserta didik perlu dijelaskan secara rinci oleh pendidik.
Konsistensi terhadap pendekatan, model dan metode pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rancangan tindakan harus dipatuhi oleh peneliti, kecuali jika ada perubahan atau perbaikan setelah satu atau dua tindakan dilakukan. Demikian juga jika situasi dan kondisi belajar mengajar menuntut adanya perubahan maka perubahan proses pembelajaran dapat dilakukan dalam batas-batas toleransi yang wajar dan relevan.
Peserta didik yang belum tuntas diberikan pembelajaran remedial oleh pendidik, pendidik mendiagnosis penyebab kegagalan peserta didik termasuk penugasan yang diberikan kepada peserta didik. Semua data yang diperoleh pada siklus akan direfleksikan pada tindakan berikutnya, juga untuk memperbaiki semua bagian-bagian persiapan yang dapat menurunkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Masalah-masalah yang telah terungkap di atas perlu diatasi pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Untuk mengatasinya dilakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Perbaikan yang dilakukan adalah pemilihan pendekatan, model dan metode pembelajaran yang bervariasi dan menerapkannya dalam setiap proses pembelajaran. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan pembelajaran.
Hasil perbaikan-perbaikan dijadikan dasar untuk membuat rencana tindakan pada siklus selanjutnya, sedangkan hal-hal yang dianggap telah memadai (baik) tetap dipertahankan karena rencana tindakan pada siklus berikutnya adalah merupakan perbaikan dan pembaharuan dari siklus sebelumnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan sebanyak 3 (tiga) siklus dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.       Pembelajaran dengan pendekatan Open Ended dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas X TKJ 4 di SMK Negeri 4 Tebing Tinggi pada materi Matriks
2.       Pembelajaran dengan pendekatan Open Ended dapat meningkatkan keaktivan peserta didik dalam pembelajaran yang meliputi aktivitas bertanya, aktivitas berdiskusi dan menjawab soal dengan berbagai metode atau cara.
3.       Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Open Ended dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep pembelajaran matematika di kelas X TKJ 4 Tebing Tinggi.
4.       Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Open Ended dapat menopang ketuntasan belajar peserta didik dan dapat meningkatkan ketuntasan secara klasikal.

Saran
Berdasarkan temuan-temuan di atas disarankan agar :
1.       Rekan-rekan guru menggunakan metode dan model pembelajaran yang bervariasi agar pembelajaran tidak membosankan.
2.       Rekan-rekan guru dapat menggunakan pembelajaran dengan pendekatan  Open Ended untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.
3.       Rekan-rekan guru menyempurnakan dan melanjutkan penelitian ini agar hasil yang didapat lebih sempurna.
4.       Bagi siswa yang terlibat dalam penelitian ini agar tetap menanamkan sikap positif dalam pembelajaran matematika yaitu aktif, menjalin kerjasama yang baik, menghargai pendapat orang lain dan bersemangat dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1996). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Dimiyati dan Mujiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Herdian. (2009). Model Pembelajaran Terbuka Open Ended.[Online]. Tersedia:  http://www.nku.edu/fifthgradeproblp.htm. [20 Januari 2012]

Hidayat. (2004). Diktat Mata Kuliah Pembelajaran Matematika. Semarang : FMIPA UNNES.

Hudojo, Herman. (1998). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Junaidi, Wawan. (2010). Pembelajaran Matematika.[Online]. Tersedia: http://wawanjunaidi.blog.spot.com/2010/06/pembelajaranmatematika.html[20 Januari 2012].

Kagan, S. (1994). Kagan Cooperatif Learning. CA : Kagan Cooperatif Learning.

Mina, E. (2006). Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa. Bandung : Tesis PPS UPI.[Tidak diterbitkan].

E.T, Ruseffendi. (1998). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sanjaya, Wina. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana.

Sudirman, dkk. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda karya.

Sudjana, Nana. (1992). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdikarya.

Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Tengku, Zahara Djaafar. (2001). Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang : Fakultas Ilmu Pendidikan.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdikarya.





0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar